Menyapa Dunia

Di sebuah galeri kecil di Amsterdam, seorang anak muda Belanda terpukau melihat sulaman tenun Sumba. Di sebuah festival budaya di Seoul, penonton terpana mendengar denting gamelan yang mengalun lembut, jauh berbeda dari musik yang biasa mereka dengar. Di tengah pasar digital Tokyo, seseorang membeli NFT dari ukiran Dayak yang telah didigitalisasi, lalu menampilkannya dengan bangga di ruang virtualnya.

Mereka mungkin belum pernah ke Indonesia. Tapi hari itu, mereka bersentuhan dengan jiwanya.

Budaya Nusantara, yang selama ini hidup dalam upacara, lisan, dan tangan-tangan terampil para pengrajin, perlahan menemukan jalannya ke dunia. Bukan dengan mengubah bentuknya agar sesuai pasar, tapi dengan memperkenalkan esensinya—kejujuran, keindahan, dan kedalaman makna—melalui teknologi dan cerita yang menjembatani lintas benua.

Nusaverse menjadi panggungnya. Tempat di mana karya lokal bisa melintasi batas, tempat warisan leluhur bisa bersuara dalam bahasa global. Setiap individu yang mengunggah, menceritakan, dan melestarikan warisan budaya, sejatinya sedang mengirim pesan: “Ini Indonesia. Ini milik dunia.”

Dan begitulah, ketika satu demi satu kisah Nusantara menyentuh hati orang-orang dari berbagai bangsa, kita tidak hanya dikenal—kita diterima. Bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari keluarga besar kebudayaan dunia.