
Kerajaan Superpower
“Nusantara: Tanah Para Superpower Masa Lalu”
Jauh sebelum istilah “superpower” lahir dari bibir bangsa-bangsa modern, tanah Nusantara telah melahirkan kekuatan-kekuatan besar yang mendominasi zamannya. Di hamparan pulau-pulau tropis ini, kerajaan-kerajaan besar bangkit—bukan hanya sebagai penguasa wilayah, tapi sebagai pusat kebudayaan, kekuatan militer, dan poros perdagangan dunia.
Di barat, berdiri Sriwijaya—kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan strategis Selat Malaka selama lebih dari 600 tahun. Armada lautnya menggetarkan pelaut dari Tiongkok hingga India. Pusat pembelajarannya di Palembang menjadi magnet bagi pelajar dan biksu dari Asia Timur.
Lalu muncul Majapahit, kerajaan agraris-maritim yang menorehkan kejayaan di abad ke-14. Di bawah Mahapatih Gajah Mada, Majapahit menyatukan gugusan Nusantara dalam ikatan politik dan ekonomi yang disebut “Nusantara Raya”. Kekuasaannya meluas dari Semenanjung Malaya hingga kepulauan Maluku, menjadikannya salah satu kekuatan regional terkuat pada masanya.
Di bagian timur, Kesultanan Ternate dan Tidore bersinar sebagai penguasa cengkih dunia. Mereka menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan bangsa Arab, Tiongkok, bahkan Eropa. Tak hanya kaya, tetapi juga cerdik mempertahankan kedaulatan di tengah gelombang kolonialisme.
Kerajaan Aceh Darussalam juga tak kalah mengagumkan. Di abad ke-16, Aceh menjelma sebagai pusat kekuatan Islam, perdagangan, dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara. Para ulama besar dan senjata meriam raksasa membentengi pelabuhannya dari serangan bangsa asing.
Begitu pula dengan Kerajaan Kutai, yang menjadi kerajaan Hindu tertua di Indonesia, meninggalkan prasasti Mulawarman sebagai saksi peradaban awal yang telah mengenal hukum, upacara keagamaan, dan sistem pemerintahan.
Kerajaan-kerajaan ini bukan hanya simbol kejayaan masa lalu. Mereka adalah bukti bahwa Nusantara pernah berdiri sejajar dengan peradaban dunia, menjadi superpower regional dengan kekuatan politik, ekonomi, militer, dan budaya yang luar biasa.
Kini, semangat mereka hidup dalam darah kita. Indonesia hari ini bukan sekadar bangsa yang besar secara jumlah—tetapi pewaris kebesaran kerajaan-kerajaan yang pernah mengguncang dunia dari timur. Dan seperti mereka, kita pun ditakdirkan untuk kembali bangkit, bukan hanya sebagai negara besar, tapi sebagai bangsa pemimpin. (Red)