
Kerajaan Fondasi Republik
Nusantara bukanlah tanah kosong yang tiba-tiba menjadi bangsa. Ia adalah sebuah peradaban besar yang tumbuh dari akar-akar sejarah panjang, yang dibangun oleh ratusan kerajaan—besar maupun kecil—yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan maritim Asia Tenggara, hingga Majapahit yang mengukir kejayaan di seluruh penjuru Nusantara, dari Kesultanan Ternate dan Tidore di timur, hingga Kerajaan Aceh dan Pagaruyung di barat—semuanya menyumbangkan babak penting dalam kisah kita sebagai bangsa.
Kerajaan-kerajaan ini bukan hanya pewaris kebudayaan, tetapi juga penjaga tanah air. Mereka membentuk sistem sosial, hukum adat, pengetahuan, dan tata kelola masyarakat jauh sebelum konsep negara modern hadir. Ketika penjajahan datang, para raja dan sultanlah yang pertama kali berdiri sebagai perisai rakyat, menyatukan kekuatan untuk mempertahankan kedaulatan.
Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah titik awal, tetapi puncak dari perjuangan panjang. Republik Indonesia lahir bukan untuk menghapus jejak kerajaan, melainkan sebagai kelanjutan semangat mereka—semangat persatuan dalam keberagaman, semangat kemerdekaan dalam keadaban. Banyak kerajaan secara sukarela meleburkan kedaulatannya ke dalam republik, demi cita-cita bersama membangun tanah air yang merdeka dan bermartabat.
Hari ini, kita menyebut diri sebagai warga negara Indonesia. Namun sejatinya, kita juga adalah pewaris para raja, pelanjut para sultan, dan anak-anak peradaban agung yang telah membentuk tanah ini jauh sebelum republik berdiri.
Inilah Nusantara: rumah besar yang dulu dipersatukan oleh kejayaan kerajaan, dan kini berdiri sebagai republik yang diperkuat oleh semangat rakyatnya. (Red)